Marilah sesekali
kita termenung (tafakur) memikirkan diri sendiri, apa yang telah kita kerjakan
yang telah lalu (rasanya hanya beberapa hari saja/yauman aw ba’dlo yaum).
Perjalanan kita ke depan masih sangat panjang sampai menembus batas waktu yang
tidak ada batasnya (kholidina fiiha abada). Kita selalu disibukkan oleh urusan
duniawi yang tidak ada ujung pangkalnya dan tidak pernah selesai.
Marilah kita
menghisab (mawas diri) untuk
mengetahui siapa diri kita yang sebenarnya (sajatining sarira). Cobalah
bayangkan seandainya kita di tengah Pulau Jawa, sebesar apa kita? Apabila kita
berdiri di tengah Dunia sebesar apa?. Lalu ada apa dengan manusia?. Sebenarnya
manusia tidak punya apa- apa kecuali apa yang dikaruniakan Allah, tidak bisa
apa-apa kecuali apa yang diajarkan Allah, dan tidak mengerti apa-apa kecuali
jika Allah memberikan pemahaman kepada
hatinya. Al Quran menyebutnya sebagai dabbah
( bukan apa-apa tapi apa manusia itu /
nothing but something ). Tetapi uniknya justru “kuman” yang sangat kecil ini diberi amanah oleh Allah untuk menjadi khalifah di bumi Qs. Al Ahzab (33) : 72