Sabtu, 20 Agustus 2011

Timbangan Keseimbangan Kategori Kecil


Ia : " Timbangan Keseimbangan kategori pertengahan sudah aku pahami betul. Sekarang jelaskan kepadaku tentang timbangan keseimbangan kategori kecil, batasan, standar, dan penggunaanya
dalam persoalan - persoalan yang musykil ! "
Aku : " Aku telah mempelajari timbangan keseimbangan kategori kecil dari Allah SWT. Dia mengajarkanya kepada Nabi Muhammad saw dalam Al quran. Allah berfirman ; " Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata, ' Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia.' katakanlah, 'Siapakah yang menurunkan Kitab ( taurat ) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia " ( Q.S 6 : 91 )



Dengan timbangan kategori kecil ini engkau bisa mengatakan bahwa pendapat mereka yang menafikan diturunkanya wahyu kepada manusia tidak benar. Hal ini disimpulkan dari dua premis:pertama, Musa AS adalah manusia; kedua, Musa AS diberi kitab. Dari situ dapat ditarik kesimpulan khusus bahwa sebagian manusia diberi wahyu kitab. Dengan kesimpulan khusus ini, maka generalisasinya, yaitu Allah sama sekali tidak menurunkan kepada manusia, menjadi batal. Premis pertama yang aku kemukakan bahwa Musa AS adalah manusia diketahui dengan indera, sedangkan premis kedua, bahwa Musa diberi kitab, diketahui dari pengakuan umat Nabi Musa AS meskipun mereka menyembunyikan sebagian dan menampakan sebagian yang lain, sebagaimana tersinyalir dalam lanjutan ayat di atas : kamu perlihatkan ( sebagianya ) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya”(QS 6 : 91 ).

Timbangan ini lebih tepat dipakai dalam bermujadalah bil ahsan ( berdebat dengan cara yang baik ). Salah satu karakteristik berdebat adalah bahwasanya kedua premis harus bisa diterima dan sudah dikenal oleh lawan debat, meskipun orang lain masih meragukan. Si lawan debat harus menerima kesimpulanya, karena ia telah mengakui premis – premisnya.
Kebanyakan dalil – dalil Alquran menggunakan timbangan seperti ini. Seandainya engkau meragukan sebagian premis dan preposisi dali – dalil Al quran, maka ketahuilah bahwa target dalil tersebut adalah orang – orang yang tidak meragukan premis tersebut. Adapun target untukmu adalah agar engkau tahu cara menimbang dalam persoalan –persoalan lainya.

Contoh kecil (standar) timbangan ini adalah : ada orang yang mengatakan bahwa tidak mungkin hewan berjalan tanpa kaki. Kemudian engkau menginformasikan bahwa ular adalah hewan dan ular berjalan tanpa kaki. Dari situ dapat ditarik kesimpulan bahwa ada sebagian hewan yang berjalan tanpa kaki. Dengan demikian, pendapat orang yang mengatakan bahwa hewan hanya bisa berjalan dengan kaki batal dan terbantahkan.

Mengenai penggunaan timbangan ini dalam permasalahan – permasalahan yang musykil sangat banyak. Sebagai contoh, ada orang yang mengatakan :”setiap kebohongan adalah buruk karena zatiahnya ( li’ainihi ). “aku ingin bertanya kepadamu,”semisal ada seorang laki – laki melihat nabi atau wali yang sedang bersembunyi dari kejaran orang yang zalim. Lalu, orang yang zalim tersebut dating kepadanya dan menanyakan tempat persembunyian sang Nabi atau Wali tersebut. Ternyata orang itu merahasiakannya, umpamanya mengatakan tidak tahu, apakah itu sudah berbohong ?”

Ia : jelas berbohong !
Aku : apakah itu salah ?
Ia : Tidak, malah dalam kondisi seperti itu, bersikap jujur adalah salah. Dalam kondisi tersebut kejujuran bisa mengakibatkan sang nabi binasa.

Aku : Perhatikan timbanganya ! menurutku, merahasiakan tempat persembunyian sang Nabi adalah bohong, ini merupakan premis yang sudah umum. Namun, dalam kasus seperti itu, perkataan bohong tidaklah salah. Ini premis yang kedua. Dari situ dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak semua bohong itu salah. Coba engkau renungkan ! setelah engkau mengakui kedua premisnya adakah hal yang meragukan dalam kesimpulan ini ? setelah engkau mengakui kebenaran premis ini, bukankah ini lebih jelas daripada premis eksperimental dan premis inderawi yang engkau sebutkan ? Bukankan ini juga lebih jelas daripada premis eksperimental dan premis inderawi untuk mengetahui timbangan taqdis ?
Adapun mengenai batasan timbangan ini adalah : bahwa dua sifat berkumpul dalam satu perkara . salah satu dari dua sifat tersebut tesifati dengan yang lainya secara dharuri. Namun, tidak bisa dikatakan bahwa kedua sifat tersebut berpadu secara permanen dalam setiap perkara. Kadang berpadu kadang pula tidak. Engkau tentu sudah tahu bahwa dalam diri manusi berkumpul dua sifat, yaitu bahwa manusia adalah hewan dan disamping itu ia juga jisim. Dari sifat manusia ini dapat ditarik kesimpulan aksiomatis bahwa sebagian jisim adalah hewan, tetapi tidak semua jisim adalah hewan engkau jangan terperdaya dengan kemungkinan bahwa setiap hewan tersifati dengan jisim. Sebab, menyifati sebuah sifat dengan sifat yang lain, jika kelekatan itu tidak permanen dalam setiap keadaan, maka pengetahuan yang dihasilkan dari penyifatan itu juga tidak bisa dipermanenkan kepada setiap keadaan.

Ia ; aku sudah memahami ketiga timbangan di atas. Tapi aku masih penasaran mengapa anda mengistilahkan yang pertama dengan sebutan besar, yang kedua dengan sebutan pertengahan, dan yang ketiga dengan sebutan kecil.

Aku : Karena besar berpengertian sesuatu yang memuat banyak hal; kecil berpengertian sebaliknya, dan diantara keduanya berpengertian pertengahan. Timbangan yang pertama merupakan timbangan yang paling luas. Dari timbangan ini bisa diperoleh pengetahuan tentang penetapan umum dan khusus, juga penyangkalan umum dan khusus. Timbangan ini bisa dipakai untuk menimbang empat jenis pengetahuan. Sementara timbangan yang kedua hanya bisa menimbang penyangkalan, walaupun ia bisa digunakan untuk menimbang penyangkalan umum dan khusus. Sementara timbangan yang ketiga hanya bisa digunakan untuk menimbang yang khusus, seperti yang telah aku paparkan padamu, yaitu bahwa salah satu dari dua sifat dipakai menyifati yang lain karena keduanya berkumpul dalam satu perkara. Sesuatu yang hanya bisa menampung satu hukum yang khusus jelas merupakan yang paling kecil.

Aku tegaskan bahwa menimbang hukum yang umum dengan timbangan kecil merupakan pekerjaan setan. Model penimbangan seperti itu dilakukan oleh sebagian kalangan Pakar Pengajaran (ahl ta’lim) dalam beberapa pengetahuan mereka. Mereka mengaitkanya dengan harapan Al khalil AS dimana beliau berkata : Ini adalah Tuhanku, ini lebih besar ( QS 6:79 ). Insya Allah detail kisah ini akan aku uraikan setelah ini.
 

0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...