Ia : " Karena ketiga timbangan sudah aku pahami, sekarang jelaskanlah tentang timbangan pertautan ( talazum ) !
Aku : " Timbangan ini dipahami dari firman Allah SWT : Sekiranya di langit dan di bumi ada Tuhan - Tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa (Q.S 21 : 22 )
Katakanlah ; " Jikalau ada Tuhan - tuhan di samping - Nya, sebagaimana yang mereka katakan, niscaya Tuhan - Tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan yang mempunyai 'Arsy " ( Q.S 17 : 42 )
Andaikata berhala - berhala itu Tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka ( Q.S 21 : 99 )
Penjelasan aplikatif timbangan ini adalah : jika alam semesta mempunyai dua Tuhan, niscaya ia telah hancur ( premis mayor ), dan kenyataanya alam semesta tidak hancur ( premis minor ), maka dari kedua premis itu dapat ditarik sebuah kesimpulan aksiomatik bahwa salah satu dari dua Tuhan itu tidak ada.
Sekiranya disamping Tuhan Sang Pemilik 'Arsy ada Tuhan - Tuhan lain, niscaya Tuhan -Tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan yang mempunyai 'Arsy, kenyataanya mereka tidak mencari jalan. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Tuhan - Tuhan selain pemilik 'Arsy itu tidak ada. "
Standar timbangan ini dari yang sudah maklum adalah seperti ucapanmu: jika matahari terbit, maka bintang gemintang menghilang. Hal ini diketahui berdasarkan pengalaman sehari – hari. Kemudian engkau katakan : kenyataanya matahari sedang terbit. Hal itu diketahui berdasarkan penglihatan mata. Maka dari situ dapat ditarik kesimpulan bahwa bintang gemintang menghilang. Contoh lain : jika si fulan tidak makan, berarti ia sudah kenyang. Hal itu diketahui berdasarkan pengalaman. Kenyataanya dia makan. Hal itu diketahui berdasarkan indera. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa si fulan belum kenyang.
Sekiranya disamping Tuhan Sang Pemilik 'Arsy ada Tuhan - Tuhan lain, niscaya Tuhan -Tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan yang mempunyai 'Arsy, kenyataanya mereka tidak mencari jalan. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Tuhan - Tuhan selain pemilik 'Arsy itu tidak ada. "
Standar timbangan ini dari yang sudah maklum adalah seperti ucapanmu: jika matahari terbit, maka bintang gemintang menghilang. Hal ini diketahui berdasarkan pengalaman sehari – hari. Kemudian engkau katakan : kenyataanya matahari sedang terbit. Hal itu diketahui berdasarkan penglihatan mata. Maka dari situ dapat ditarik kesimpulan bahwa bintang gemintang menghilang. Contoh lain : jika si fulan tidak makan, berarti ia sudah kenyang. Hal itu diketahui berdasarkan pengalaman. Kenyataanya dia makan. Hal itu diketahui berdasarkan indera. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa si fulan belum kenyang.
Adapun mengenai timbangan ini dalam
masalah – masalah yang jelimet cukup banyak juga. Sebagai contoh, seorang ahli
fiqh ( faqih ) mengatakan, jika memang penjualan maya ( barangnya tidak ada )
itu sah, ia harus ditegaskan dengan obligasi. Kenyataanya tidak ada penegasan
obligasi. Maka penjualan maya itu tidak sah. Premis yang pertama di dasarkan
pada penelitian syariat yang membuahkan prakiraan walaupun tidak sampai pada
tarap ilmu yang meyakinkan. Sementara premis yang kedua didasarkan pada
penyerahan si pelaku transaksi dan pendukung – pendukungnya.
Sebagai contoh lain adalah dalam
wacana teoritik . jika kreasi alam dan konstruk tubuh manusia merupakan susunan
yang menakjubkan dan rapi, tentu pembuatnya adalah Yang Maha Tahu. Menurut akal
begitu. Dan kenyataanya susunan alam dan manusia, seperti yang tertangkap oleh
pandangan mata, memang menakjubkan. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembuatnya
adalah Yang Maha Tahu. Dari situ kita lanjutkan : jika pembuatnya Mahatahu,
tentu Dia Hidup. Berdasarkan timbangan pertama, Dia Maha Tahu. Maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa Dia Hidup. Selanjutnya, jika Dia Hidup dan Maha Tahu
tentu Dia Berdiri Sendiri, Bukan Aksiden. Berdasarkan timbangan terdahulu Dia
Hidup dan MahaTahu. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Dia Berdiri Sendiri.
Demikianlah, kesimpulan timbangan ini
terus naik ( mi’raj ) dari sifat susunan manusia hingga sifat Penciptanya,
yaitu dari kemahatahuan naik kepada kemahahidupan, lalu dari situ naik kepada
Zat. Inilah yang disebut mi’raj ruhani. Timbangan – timbangan ini merupakan
tangga – tangga pendakian menuju langit lalu menuju Pencipta langit. Premis –
premis dalam timbangan ini adalah anak tangganya. Mi’raj spiritual bisa
dilakukan oleh siapapun. Sementara mi’raj fisik tidak bisa dilakukan oleh
sembarang kekuatan. Ia khusus dilakukan oleh kekuatan kenabian.
Batasan timbangan ini adalah bahwa
setiap lazim ( baca : syarat ) pada sesuatu ( malzum ) akan terus mengikutinya
dalam segala keadaan. Menafikan lazim serta merta menyebabkan penafian malzum.
Begitu pula mengadakan malzum serta merta menyatakan adanya lazim. Bila malzum
dinafikan dan lazim diadakan, keduanya tidak akan menghasilkan kesimpulan.
Bahkan, timbangan yang demikian merupakan timbangan – timbangan setan, yang
terkadang dipakai oleh sebagian Ahl ta’lim dalam menimbang pengetahuanya.
Tidakkah engkau tahu bahwa keabsahan shalat mensyaratkan pelakunya telah
bersuci. Sudah tentu dibenarkan bila engkau mengatakan :” jika sholat si zaid
sah ( malzum ), berarti ia suci ( lazim ).” Kenyataanya si zaid belum bersuci,
ini merupakan penafian lazim, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sholatnya
tidak sah. Inilah penafian malzumnya. Demikian juga, jika engkau
mengatakan,”kenyataanya sholat si zaid sah.” Artinya malzum ada. Maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa ia suci, berarti lazim pun ada. Namun salah jika
engkau mengatakan :” kenyataanya si zaid telah bersuci, berarti sholatnya sah.”
Sebab mungkin saja sholatnya batal karena alasan yang lain. Keberadaan lazim tidak
serta merta menunjukan adanya malzum. Demikian juga salah jika engkau
mengatakan : “kenyataanya sholat si zaid batal, berarti dia tidak suci.”
Pernyataan ini juga salah dan tidak bisa ditarik kesimpulan seperti itu. Sebab,
mungkin saja ketidak sahan sholatnya adalah karena tidak terpenuhinya syarat
yang lain. Dengan demikian tidak adanya malzum tidak bisa dijadikan petunjuk
akan tidak adanya lazim.
sehubungan dengan pertanyaan sobat mengenai cara membuat postingan terputus dengan kata lain memberikan read more, caranya sebagai berikut:
BalasHapuspada saat menulis postingan, coba liat pada bagian atas, ada tulisan LINK, kotak biru, gambar video, dan kertas yang robek... Kamu klik saja kertas yang robek tersebut pada bagian mana postingan kamu inginkan terputus...
Kalau mau yang ada tulisan you might also:,
BalasHapuscoba baca penjelasannya Disini
supaya kamu mengerti, simak baik2 penjelasannya. OK.. ^^
Oh iya, kalau link download itu cuma style saja...
BalasHapusCoba kamu perhatikan pada saat membuat entri baru,
pada bagian atas ada tulisan link (warna biru)? itu yang kita klik teruz masukkan alamat web yg kita inginkan dan tampilannya... Misalnya kayak komenku diatas yg pake kata disini...